Resensi Ayat ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy
Daftar Isi
Identitas Buku
Judul : Ayat-ayat Cinta
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Tahun Terbit : 2004
Penerbit : Republika
Kota Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman : 420 halaman
Pendahuluan
Mendengar judul novelnya pasti terbayang sebuah dunia yang dibalut debu padang pasir dengan cuaca panasnya yang khas. Selain itu, aroma dan nafas keagamaan juga santer terhembus dalam diksi judul novel yang sempat viral 2005 lalu itu.
Bagi generasi yang membacanya jauh dari masa viralnya, agaknya lebih mengenal ayat-ayat cinta sebuah film atau dari lagu dengan judul yang sama yang dibawakan oleh Rossa. Saya berani bertaruh bahwa sangat sedikit generasi jaman now yang mau membaca novelnya.
Novel yang berlatar Kairo, ibu kota Mesir ini menceritakan kehidupan tokoh Fahri, seorang mahasiswa asal Indonesia yang belajar di Universitas Al Azhar. Kehidupannya sebagai sosok alim yang nyaris sempurna menemui prahara justru setelah pernikahannya dengan Aisha. Nasibnya hampir berakhir jika saja Maria tak jadi siuman setelah dinikahinya lalu mati dalam keadaan telah berpindah agama.
Keunggulan dan Kelemahan Novel Ayat-ayat Cinta
Barangkali kalimat terakhir itulah yang menjadi titik tolak mengapa novel dapat dikatakan menyinggung SARA. Bukan persoalan Maria yang pindah agama dari katolik menjadi Islam. Hal itu, jika diceritakan secara wajar dengan motif dan alur yang logis, maka tidak ada persoalan. Toh, penulis novel ini pun secara terang-terangan mengakui bahwa ini adalah novel dakwah. Akan tetapi, mimpi yang Maria yang mengatakan bahwa ia mau masuk surga itu terhalangi, menjadi persoalan bahwa novel ini memaksakan kebenaran. Maksudnya novel ini memaksakan pembenaran agama Islam di mata Kristen. Hal ini tentu menjadi isu sensitif dan kurang elok karena dibaca oleh publik.
Selain persoalan pindah agama yang dinilai menyinggung isu sensitif, novel ini juga mengangkat ide poligami. Tokoh Aisha yang dengan rela mengizinkan Fahri yang telah sah menjadi suaminya untuk menikah dengan Maria dalam rangka untuk kesembuhannya dari Koma. Hal ini tentu menjadi persoalan karena hampir semua wanita tidak menyetujui poligami, termasuk di Indonesia sendiri. Sastrawan dan penulis novel Saman, Ayu Utami terang-terangan mengatakan bahwa novel ayat-ayat cinta pengecut dalam mengangkat ide poligami. Menurutnya idenya tidak ekstrim karena setelah menikahi Maria, ia lalu dimatikan.
Masih dari pendapat Ayu Utami, novel ini merepresentasikan keinginan laki-laki. Bayangkan saja, tokoh Fahri dalam ayat ayat cinta ini sangat sempurna sekali kehidupannya. Meskipun mengalami konflik berupa fitnah, tapi Fahri memiliki apa yang belum tentu dimiliki laki-laki pada umumnya di dunia nyata. Pertama, Fahri dicintai oleh empat wanita sekaligus. Bahkan, saking cintanya, salah satu dari keempat wanita itu memfitnahnya karena cintanya bertepuk sebelah tangan.
Kedua, tokoh Fahri dalam ayat ayat cinta adalah sosok laki-laki yang sempurna. Ia tampil sebagai laki-laki yang berhasil memenangkan semua persoalan yang umumnya dihadapi atau dialami oleh laki-laki. Fahri anak petani yang sukses meraih pendidikan di Al Azhar, Kairo, sebuah kampus ternama yang tentu saja tidak sembarang orang mampu meraihnya. Keberhasilan itu kemudian diikuti oleh kecerdasannya dalam belajar. Ia dipuji, bahkan dengan kecerdasan dan akhlak yang sempurna itu mengantarnya kepada wanita-wanita yang jatuh hati kepadanya.
Selain persoalan di atas, novel ayat ayat cinta juga dinilai hanya mengikuti selera dan keinginan masyarakat tertentu saja. Novel yang membangkitkan gairah akan pemahaman kembali pada nilai-nilai agama Islam ini diracik untuk memenuhi keinginan pembacanya. Keinginan itu salah satunya adalah cerita dengan petuah bijak berdasar pada ajaran agama. Tentu ini menjadi salah satu dakwah yang dapat dikatakan berhasil menggaet ribuan bahkan jutaan orang. Pola dakwah yang sebelumnya hanya sebatas verbal, berubah dengan suksesnya novel ayat ayat cinta menarik hati pembaca Indonesia.
Keunggulan novel yang digarap oleh Kang Abik, sapaan akrab Habiburrahman El Shirazy ini adalah pendeskripsian latar dan suasananya yang detil. Tidak asal mengggarap cerita berlatar negeri orang, Kang Abik sukses membawa pembacanya berimajinasi tentang kehidupan di negeri gurun pasir itu.
Namun, kelemahan novel ayat ayat cinta ini dari segi bahasa adalah terlalu banyak menggunakan istilah asing yang mungkin membuat pembaca harus banyak mengingat apa maknanya. Meskipun ada catatan kaki sebagai penjelasannya, namun untuk mengingat istilah-istilah itu agaknya terlalu banyak.
Posting Komentar untuk "Resensi Ayat ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy"
Silakan tulis komentar Anda sebagai kritik, saran, dan masukan untuk blog ini.