Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Membuat Musikalisasi Puisi

 Assalamualaikum, Sobat Marnulis. Selamat datang di blog Marnulis. Kali ini Marnulis akan membahas cara membuat musikalisasi puisi. Pernahkah Sobat membuat atau mendengarkan musikalisasi puisi? Kalau belum yuk simak sampai selesai artikel ini.


cara membuat musikalisasi puisi

Foto penampilan musikalisasi puisi oleh grup Selimut Dingin asal Jember
Sumber: Koleksi pribadi

Musikalisasi puisi adalah sebuah hasil karya musik yang memadukan dua karya seni yaitu puisi dan musik. Keduanya dipadukan sehingga menjadi sebuah lagu yang tentunya memiliki makna yang tak main-main. Bedanya dengan lagu pada umumnya adalah lirik lagu yang dinanyikan tidak lain adalah kata-kata dalam puisi itu sendiri.

Dalam dunia seni pertunjukan, musikalisasi puisi bukan suatu hal yang baru. Praktik ini sudah lama dilakukan bahkan, Marnulis boleh bilang bahwa sebenarnya dahulu, banyak pujangga atau penyair itu membacakan puisinya dengan lagu. Seperti dalam tradisi Melayu dan Arab kita mengenal yang namanya Nadzam.

Sedangkan dalam dunia sastra modern saat ini, musikalisasi puisi banyak ditampilkan sebagai pertunjukan selingan dalam sebuah acara, baik itu workshop, acara bedah buku, dan lain-lain. Tidak ada musisi atau seniman yang benar-benar menggeluti proses mengonversi puisi menjadi lagu ini seperti Ari Reda. Dalam hal ini, Marnulis berpendapat bahwa alasannya adalah kurangnya minat terhadap puisi dan kurangnya pemahaman tentang cara membuat musikalisasi puisi.

Untuk membuat musikalisasi puisi sebenarnya tidak sulit. Tidak harus memiliki kemampuan musik yang tinggi agar seseorang bisa membuat musikalisasi puisi yang bagus. Bahkan, orang yang baru belajar musik pun juga bisa membuat musikalisasi puisi dengan mudah. Berikut adalah cara membuat musikalisasi puisi versi Marnulis.

Menentukan Puisi

Langkah ini adalah langkah paling penting dalam membuat musikalisasi puisi. Sebab, hal ini akan menentukan banyak hal dalam proses memusikalisasikan puisi nantinya. Sebagai contoh, memilih puisi yang kurang memainkan rima atau akhiran bunyi yang sama tentu menyulitkan seseorang dalam menentukan pemenggalan atau jeda dalam membuat musikalisasi puisi. Itulah mungkin penyebab yang membuat memusikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono sangat mudah, karena banyak puisi beliau yang sekilas memang seperti lirik lagu.

Namun, apabila tidak menemukan puisi yang memainkan rima, Sobat juga dapat memilih puisi secara bebas sesuai kemauan. Solusinya adalah memilih warna dan genre musik yang akan dijadikan dasar dalam memusikalisasikan puisi tersebut. Misalnya Sobat mendapatkan puisi yang bentuknya seperti narasi atau cerita. Artinya tidak ada permainan rima yang berarti dan diksi yang digunakan juga sederhana, maka Sobat dapat membuat vokal seperti sedang membaca namun masih ada nada yang dapat dirasakan sebagai sebuah lagu. Sobat dapat melihat contohnya pada lagu Iwan Fals yang liriknya seperti dibaca, artinya tidak ada permainan nada yang mencolok namun masih dapat dirasakan dalam progresi (permainan) kunci atau chordnya.

Menentukan Suasana

Menentukan suasana pada akhirnya juga akan menentukan genre musik yang digunakan serta instrumen dan olah musiknya. Setelah memilih puisi yang diinginkan, tentu Sobat telah menangkap makna dari puisi tersebut. Langkah berikutnya adalah menentukan suasana dalam puisi tersebut, apakah syahdu, pilu, tegang, dan lain-lain. Jika Sobat pernah mendengarkan musikalisasi puisi karya Wiji Tukul oleh putranya sendiri, Fajar Merah tentu tahu bahwa puisi tersebut dinyanyikan dalam suasana yang diliputi kemarahan.

Menentukan Lirik

Dalam dunia musik kita mengenal yang namanya lirik. Dalam musikalisasi puisi lirik yang akan digunakan harus kata-kata dalam teks puisi yang asli. Tidak boleh ada tambahan atau pengurangan. Akan tetapi, dalam proses penentuan lirik ada dua pendapat di kalangan musisi yang menggarap musikalisasi puisi.

Pertama, ada pendapat yang mengharuskan menggunakan lirik dari bait pertama puisi sampai akhir. Dalam pendapat ini, kita harus mulai menyanyikan puisi dari kata-kata pertamanya sampai akhir. Sederhananya dalam pendapat ini kita tidak boleh mengubah struktur atau urutan kata-kata dalam bait puisi yang sudah ditulis oleh pengarangnya. Salah satu contoh musikalisasi puisi yang menggunakan cara ini adalah Pada Suatu Hari Nanti oleh Ari Reda dan beberapa puisi Sapardi Djoko Damono lainnya yang dinyanyikan dengan cara yang telah dijelaskan di atas.

Kedua, ada pendapat yang mengatakan bahwa memusikalisasi puisi berarti kita bebas menafsirkan dan mengalihwahanakan (baca: mengonversi) puisi. Artinya dalam hal ini lirik lagu yang akan dipakai dalam musikalisasi puisi tidak harus menggunakan bait dan baris pertama dalam puisi aslinya. Kendati demikian, kata-kata yang digunakan juga tidak boleh ditambahi atau dikurangi. Harus tetap mengacu pada teks puisi yang asli. Kita hanya bebas menanyikan puisi dari mana saja.

Hal penting berikutnya yang harus dilakukan dalam membuat musikalisasi puisi adalah menentukan klimaks dalam puisi. Hal ini berguna dalam menentukan lirik yang akan digunakan sebagai chorus atau reff. Coba Sobat dengarkan musikalisasi puisi Kebenaran akan Terus Hidup karya Wiji Tukul yang dinanyikan dan dipopulerkan oleh anaknya sendiri, Fajar Merah. Musikalisasi puisi Kebenaran akan Terus Hidup menggunakan metode pertama, yaitu menanyikan puisi dari awal tanpa mengubah urutan dan struktur puisi. Akan tetapi tidak semua larik puisi tersebut dinyanyikan.

Lirik Musikalisasi Puisi Kebenaran akan Terus Hidup karya Wiji Tukul oleh Fajar Merah


Suaraku tak bisa berhenti bergema.

di semesta raya suaraku membara.

Walau kau terus saja coba membungkamnya.

Namun suaraku tak pernah bisa kau redam.

Karena kebenaran akan terus hidup.

Sekalipun kau lenyapkan kebenaran takkan mati.


Chorus:

Aku akan tetap ada dan berlipat ganda.

Siapkkan barisan dan siap untuk melawan.

Akan terus memburumu seperti kutukan.

Aku bukan artis pembuat berita.


Deklamasi (pembacaan): 

Aku bukan artis pembuat berita.

Tapi, aku memang selalu kabar burut buat penguasa.

Puisiku bukan puisi.

Tapi kata-kata gelap yang berkeringat dan berdesakkan mencari jalan.

Ia tak mati-mati meski bola mataku diganti.

Ia tak mati-mati meski bercerai.

Dengan rumah dan ditusuk-tusuk sepi.

Ia tak mati-mati telah kubayar yang dia minta.

Umur, Tenaga, Luka.

Kata-kata itu selalu menagih.

Padaku ia berkata kau masih hidup.

Ya, aku masih hidup dan kata-kataku belum binasa.

Kebenaran takkan mati.


Menentukan Suasana dan Progresi Chord

Jika Sobat membuat musikalisasi puisi dalam tim atau grup, mungkin proses ini banyak dikerjakan oleh pemain alat musik atau instrumen. Akan tetapi, dalam proses pengerjaannya Marnulis sarankan untuk melibatkan seluruh anggota grup. Hal itu dapat menambah warna dalam musikalisasi puisi yang akan dibuat.

Rumus sederhana yang dapat diterapkan ketika membuat suasana dan progresi chord adalah jika puisi tersebut bersuasana sedih, maka progresi yang dapat digunakan adalah progresi chord minor. Sederhananya progresi chord minor dimulai dari chord minor. Kebalikannya, jika puisi yang akan dinyanyikan bersuasana tegang, marah, atau bersemangat, maka progresi chord yang digunakan adalah progresi chord mayor.

Itulah pembahasan tentang cara membuat musikalisasi puisi versi Marnulis. Bahan artikel di atas Marnulis dapatkan dari pengalaman pribadi dan dialog dengan beberapa musisi yang pernah Marnulis temui. Semoga bermanfaat. Jangan lupa share ya. Terima kasih.

Posting Komentar untuk "Cara Membuat Musikalisasi Puisi"