Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Saat Cinta Diuji - Episode 3


Saat Cinta Diuji - Episode 3

Sejak malam itu, tidur tak lagi menjadi hal mudah bagi Alina. Ia terjaga hampir setiap jam, menatap layar ponselnya yang terus menampilkan notifikasi palsu — tapi tak satu pun dari Arman. Pesan terakhirnya hanya berstatus centang satu. Tidak dibaca. Tidak dibalas.

Pagi datang tanpa semangat. Alina duduk di meja makan, menatap sarapan yang tak disentuh. Ia mencoba menenangkan diri dengan berpikir positif — mungkin Arman benar-benar sibuk. Tapi batinnya menolak. Ada sesuatu yang tidak wajar.

Akhirnya, ia memberanikan diri menelepon kantor tempat Arman bekerja. Suaranya bergetar saat bertanya, “Permisi, saya ingin bicara dengan Pak Arman.”

Seorang resepsionis perempuan menjawab dengan ramah, “Maaf, Bu, Pak Arman sedang cuti sejak dua hari lalu.”

Hening. Dunia Alina seperti berhenti berputar.
“Cuti?” ucapnya pelan, hampir berbisik. “Sejak dua hari lalu?”

Telepon terputus. Alina menatap kosong ke arah jendela, di mana hujan mulai turun perlahan. Kata-kata resepsionis itu bergema di kepalanya. Arman bilang dia lembur. Tapi ternyata… cuti?

Jantungnya berdetak cepat, tapi bukan karena amarah. Lebih kepada ketakutan. Takut membenarkan hal yang selama ini ia hindari — bahwa mungkin suaminya sedang menyembunyikan sesuatu.

Malam pun tiba. Suara pintu depan berderit pelan. Arman akhirnya pulang.
Tubuhnya tampak lelah, tapi bukan lelah karena pekerjaan. Matanya gelisah, langkahnya berat. Ia berusaha tersenyum, tapi senyum itu kaku, seperti topeng yang hampir retak.

“Kamu cuti?” suara Alina tenang, tapi menusuk.

Arman berhenti di depan tangga, diam beberapa detik, lalu menjawab pelan, “Iya… aku butuh istirahat.”

Alina berdiri dari sofa. Tatapannya tajam tapi penuh luka. “Istirahat… di hotel?”

Pertanyaan itu menggantung di udara, memecah keheningan ruang tamu. Arman menoleh perlahan, memutar pandangan ke arah jendela, menghindari mata istrinya.

“Kamu mulai menuduh sekarang?” suaranya meninggi, berusaha mengalihkan arah pembicaraan.

“Aku hanya ingin tahu,” ujar Alina, suaranya bergetar namun tegas. “Aku berhak tahu, Arman.”

Arman menarik napas panjang, lalu menatapnya dengan tatapan kosong. “Sudahlah, aku lelah, Alina. Jangan buat masalah dari hal kecil.”

Hal kecil. Dua kata itu menghantam hati Alina lebih keras daripada tamparan. Ia menunduk, menahan air mata yang hampir jatuh.

“Kalau kejujuran dianggap hal kecil,” katanya lirih, “lalu apa arti rumah tangga ini, Man?”

Arman tak menjawab. Ia berjalan menaiki tangga, meninggalkan Alina yang berdiri membeku di ruang tamu, sendirian, ditemani suara detak jam dan perasaan yang mulai retak.

Di luar, hujan semakin deras. Dan di dalam rumah itu, cinta mereka perlahan mulai kehilangan arah.

Bersambung...


Posting Komentar untuk "Saat Cinta Diuji - Episode 3"