Saat Cinta Diuji, Episode 1
Alina sedang duduk di sofa ruang tamu, menatap jam dinding yang berdetak pelan. Jarum panjang sudah melewati angka dua belas, tapi bayangan suaminya, Arman, belum juga terlihat di depan pintu. Ia mencoba menenangkan pikirannya. Mungkin Arman sedang terjebak macet, atau pekerjaannya memang sedang banyak.
Namun, ketika jarum jam merambat mendekati angka satu, rasa khawatir mulai berubah menjadi kecemasan. Ia mencoba menghubungi ponsel suaminya, tapi tidak ada jawaban. Suara operator yang mengatakan "nomor yang Anda tuju sedang sibuk" membuat hatinya semakin tak tenang.
“Kenapa tidak memberi kabar?” gumamnya sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit.
Seharian tadi, Alina sudah merasa ada yang berbeda. Biasanya, Arman selalu sempat mengirim pesan menanyakan kabarnya atau mengingatkan untuk makan. Namun, hari ini tidak ada satu pun pesan yang masuk.
Alina memutuskan untuk menghubungi Arman sekali lagi. Kali ini, panggilannya diangkat.
“Halo, Ma?” suara Arman terdengar di ujung telepon, tapi terdengar tergesa-gesa.
“Kamu di mana? Kenapa belum pulang?” tanya Alina, mencoba menahan nada khawatir.
“Aku lembur. Ada banyak kerjaan yang harus diselesaikan,” jawabnya singkat.
“Kenapa tidak kasih kabar? Aku khawatir,” ujarnya lembut, berharap Arman bisa mengerti.
“Maaf, aku lupa. Aku sibuk banget,” jawabnya dingin. “Aku akan pulang larut. Kamu tidur saja dulu.”
Telepon terputus begitu saja. Tidak ada penjelasan lebih lanjut, tidak ada rasa bersalah dalam suaranya.
Alina mencoba menenangkan diri. Ia berusaha percaya pada suaminya, meskipun ada perasaan ganjil yang menyelinap di hatinya. Arman selalu pulang meski larut malam. Ini pertama kalinya ia memutuskan untuk tidak pulang sama sekali.
Malam itu, Alina tidur dengan perasaan tidak menentu. Suara detak jam di dinding seperti mengiringi kecemasan yang terus menghantui pikirannya. Apakah ini hanya perasaannya saja? Ataukah ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh suaminya?
Ketika matahari mulai menyembul dari balik tirai, Arman baru pulang. Wajahnya lelah, tetapi ekspresinya datar. Tidak ada senyuman seperti biasanya, tidak ada pelukan hangat yang biasa ia berikan setiap kali pulang kerja.
“Kamu baru pulang?” tanya Alina, mencoba mencari penjelasan.
“Iya. Aku capek banget,” jawab Arman singkat, lalu berlalu menuju kamar mandi tanpa melihat Alina sedikit pun.
Alina hanya bisa terdiam, menatap punggung suaminya yang terasa semakin asing.
Bersambung...
Posting Komentar untuk "Saat Cinta Diuji, Episode 1"
Silakan tulis komentar Anda sebagai kritik, saran, dan masukan untuk blog ini.